LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
KEPERAWATAN
JIWA :
NAMA : RIAN FEBRIDIANA
NIM : D0150042
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
A. MASALAH
UTAMA
Defisit Perawatan Diri
B.
PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Perawatan diri adalah salah
satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhikebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
2. Tanda dan
Gejala
Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor
Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakain kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki
bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan.
Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh ketidakmampuan mengambil
makan sendiri, makan berceceran, dan makana tidak pada tempatnya
Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan buang air besar atau buang air kecil tidak
pada tempatnya, dan tidak membersihakan diri dengan baik setelah BAB/BAK
3. Penyebab
Menurut
Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai
berikut : kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.
Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan
gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
a.
Badan bau, pakaian kotor.
b.
Rambut dan kulit kotor.
c.
Kuku panjang dan kotor
d.
Gigi kotor disertai mulut bau
e.
Penampilan tidak rapi
f.
Malas, tidak ada inisiatif.
g.
Menarik diri, isolasi diri.
h.
Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
4. Akibat
Klien yang kurang merawat kebersihan dirinya akan beresiko integritas
kulit, karena kotor kulit akan mudah terkena luka.
5. Pohon masalah
Resiko
integritas kulit akibat
|
Defisit
perawatan
diri core
problem
|
Isolasi
soaial : menarik
diri sebab
6.
Diagnosa
Keperawatan
Defisit
perawatan diri
Resiko
integritas kulit
Isolasi
sosial : menarik diri
7.
Rencana
Tindakan Keperawatan
Diagnosa
1 : defisit
perawatan diri
Tujuan Umum
: Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan
kebersihan diri
Tujuan
Khusus :
TUK I
: Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Intervensi
Intervensi
1.
Berikan salam setiap berinteraksi.
2.
Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
perawat berkenalan.
3.
Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
4.
Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali
berinteraksi.
5.
Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
6.
Buat kontrak interaksi yang jelas.
7.
Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
8.
Penuhi kebutuhan dasar klien.
TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.
Intervensi
1.
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan
prinsip komunikasi terapeutik.
2.
Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri
dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.
3.
Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda
kebersihan diri.
4.
Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali
pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
5.
Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan
tujuan memelihara kebersihan diri.
6.
Beri reinforcement positif setelah klien mampu
mengungkapkan arti kebersihan diri.
7.
Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri
seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah
makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika
panjang.
TUK III : Klien dapat melakukan
kebersihan diri dengan bantuan perawat.
Intervensi
1.
Motivasi klien untuk mandi.
2.
Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien
untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
3.
Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
4.
Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan
rambut.
5.
Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan
fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
6.
Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas
kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan
sandal.
TUK IV
: Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.
Intervensi
1. Monitor
klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut,
menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
TUK V : Klien dapat
mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
Intervensi
1. Beri
reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
TUK VI
: Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.
Intervensi
1.
Jelaskan
pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.
2.
Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah
dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah
dialami di RS.
3.
Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi
terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.
4.
Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang
lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien.
5.
Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam
menjaga kebersihan diri.
6.
Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam
menjaga kebersihan diri.
7.
Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan
misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan
lain-lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Aziz R,
dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa
Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
Budi Ana, Gangguan Konsep
Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Carpenito,
L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Keliat Budi Ana, Proses
Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Stuart GW, Sundeen, Principles
and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).St.Louis Mosby Year Book,
1995
EmoticonEmoticon