LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS
KONSEP
DASAR
A. Pengertian
Hidrosefalus
adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinalis (CSS) dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga
terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirkan CSS. Harus dibedakan dengan
pengumpulan cairan lokal tanpa tekanan intracranial yang meninggi seperti pada
kista porensefali atau pelebaran ruangan, sesudah terjadinya atrofi otak.
B. Anatomi dan Fisiologi
Ruangan
CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio, terdiri dari system
ventrikel, sisterna magna pada dasar otak dan ruang subaraknoid yang meliputi
seluruh susunan saraf pusat (SSP). Hubungan antara system ventrikel dan ruang
subaraknoid adalah melalui foramen Magendie di median dan foramen Luschka di
sebelah lateral ventrikel IV.
Aliran CSS yang normal ialah dari
ventrikel lateralis melalui foramen Monroi ke ventrikel III, dari tempat ini
melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui
foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang subaraknoid melalui sisterna magna.
Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan
kecepatan resorpsi CSS oleh sistem kapiler.
C. Macam-Macam Hidrosefalus
Terdapat 2 macam Hidrosefalus, yaitu:
1. Hidrosefalus
obstruktif
Tekanan
CSS yang tinggi disebabkan obstruksi pada salah satu tempat antara pembentukan
CSS oleh pleksus koroidalis dan keluarnya dari ventrikel IV melalui foramen
Luschka dan Magendie
2. Komunikans
Bila tekanan CSS yang meninggi tanpa
penyumbatan system ventrikel
D. Etiologi
Hidrosefalus
terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara
tempat pembentukan CSS dalam system ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang
subaraknoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS di atasnya. Tempat
yang sering tersumbat dan terdapat dalam klinik ialah foramen Monroi, foramen
Luschka dan Magendie, sisterna magna dan sisterna basalis. Teoritis pembentukan
CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorpsi yang normal akan meyebabkan
terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi, misalnya
terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada adenomata pleksus
koroidalis. Berkurangnya absorpsi CSS pernah dilaporkan dalam kepustakaan pada
obstruksi kronis aliran vena otak pada trombosius sinus longitudinalis. Contoh
lain ialah terjadinya hidrosefalus setelah operasi koreksi daripada spina
bifida dengan meningokel akibat berkurangnya permukaan untuk absorpsi.
Penyebab
penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah:
1.
Kelainan bawaan (Kongenital)
disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim
(misalnya Malformasi aqrnold-Chiari atau infeksi intrauterine
a. Stenosis
akuaduktus Sylvii
merupakan penyebab yang terbanyak pada hidrosefalus
bayi dan anak (60% - 90%). Akuaduktus dapat merupakan saluran buntu sama sekali
atau abnormal lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat
sejak lahir atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b.
Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya berhubungan
dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula
oblongata dan sereblum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga
terjadi penyumbatan sebagian atau total.
c.
Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia kongenital foramen Luschka
dan Magendie dengan akibat hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran sistem
ventrikel terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan
suatu kista yang besar di daerah fosa posterior.
d.
Kista arakroid
Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga
timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma.
e.
Anomali pembuluh darah
Dalam kepustakaan dilaporkan terjadinya
hidosefalus akibat areurisma-arterio-vena yang mengenai arteria serebralis
posterior dengan vena Galeni atau sinus transversus akibat obstruksi
akuaduktus.
2.
Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga
dapat terjadi obliterasi ruangan subaraknoid. Pelebaran ventrikel pada fase
akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi
mekanik eksudat purulen di akuaduktus Sylvii atau sisterna basalis. Lebih
banyak hidrosefalus terdapat pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi
beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitisnya. Secara
patologis terlihat penebalan jaringan piamater dan araknoid sekitar sisterna
basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan
meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sisterna kiasmatika dan
interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta lokasinya lebih besar.
3.
Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi
disetiap tempat aliran CSS. Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada
penyebabnya dan apabila tumor tidak mungkin dioperasi, maka dapat dilakukan
tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS melalui saluran buatan atau pirau.
Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus
Sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari sereblum,
sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu
kraniofaringioma.
4.
Perdarahan
Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan
sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada
daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat orgisasi dari darah
itu sendiri.
E. Patofisiologi
§
Hidrosefalus terjadi karena ada gangguan
absorbsi CSF dalam subarachnoid (communicating hidrosefalus) dan atau adanya
obstruksi dalam ventrikel yang mencegah CSF masuk ke rongga subarachoid karena
infeksi, neoplasma, perdarahan, atau kelainan bentuk perkembangan otak janin
(noncomunicating hidrosefalus)
§
Cairan terakumulasi dalam ventrikel dan
mengakibatkan dilatasi ventrikel dan penekanan organ-organ yang terdapat dalam
otak.
F. Komplikasi
§
Peningkatan tekanan intracranial
§
Infeksi: septicemia, endokarditis, infeksi luka,
nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
§
Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat
obstruksi mekanik
§
Hematomi subdural, peritonitis, abses abdomen,
perforasi organ dalam rongga abdomen, fistula, hernia, dan ileus
§
Kematian
Infeksi,neoplasma, perdarahan,
Malformasi perkembangan otak janin
Gangguan absorpsi cairan obstruksi
aliran
Serebrospinal
di ruang subarachoid cairan
serebrospinal
(communicating hydrocephalus) (noncomunicating
hydrocephalus)
G. Manifestasi Klinik
Dibedakan menjadi dua, yaitu
pada bayi dan masa kanak-kanak:
1.
Masa Bayi:
§
Kepala membesar, fontanel anterior menonjol,
vena pada kulit kepala dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi menangis,
terdapat bunyi cracked-pot (tanda Macewen), mata melihat ke bawah (tanda
setting-sun), mudah terstimulasi, lemah, kemampuan makan kurang, perubahan
kesadaran, opisthotonus, dan spatik pada ekstermitas bawah
§
Pada bayi dengan malformasi Arnold-Chiari, bayi
mengalami kesulitan menelan, bunyi nafas stridor, kesulitan bernafas, apnea,
aspirasi, dan tidak ada refleks muntah
2.
Masa Kanak-kanak
§
Sakit kepala, muntah, papil oedema, strabismus,
ataxia, mudah terstimulasi, letargi, aptis, bingung, bicara inkoheren
H.
Pemeriksaan Diagnostik
Pada
anak yang lebih besar kemungkinan hidrosefalus diduga bila terdapat gejala dan
tanda tekanan intrakranial yang meninggi. Tindakan yang dapat membantu dalam
menegakkan diagnosis ialah transiluminasi kepala, ultrasonografi kepala bila
ubun-ubun besar belum menutup, foto rontgen kepala dan tomografi komuter (CT
scan). Pemeriksaan untuk menentukan lokalisasi penyumbatan ialah dengan
menyuntikkan zat warna PSP ke dalam ventrikel lateralis dan menampung
pengeluarannya dari fungsi lumbal untuk mengetahui penyumbatan ruang subaraknoid.
Sebelum melakukan uji PSP ventikel ini dilakukan dahulu untuk melengkapi
pemeriksaan. Namun dengan adanya pemeriksaan CT scan kepala, uji PSP ini tidak
dikenakan lagi.
I.
Penatalaksaan
Pada
sebagian penderita pembesaran kepala berhenti sendiri (arrested hydrocephalus),
mungkin oleh rekanalisasi ruang subaraknoid atau kompensasi pembentukan CSS
yang berkurang (Laurence, 1965).
Tindakan bedah belum ada yang memuaskan 100%,
kecuali bila penyebabnya ialah tumor yang masih dapat diangkat.
Tujuan
pengobatan adalah untuk mengurangi hidrosefalus, menangani komplikasi,
mengatasi efek hidrosefalus atau gangguan perkembangan.
Ada
3 prinsip pengobatan hidrosefalus:
1.
Mengurangi produksi CSS dengan merusak sebagian pleksus
koroidalis dengan tindakan reseksi (pembedahan) atau koagulasi, akan tetapi
hasilnya tidak memuaskan.Obat azetasolamid (Diamox) dikatakan mempunyai khasiat
inhibisi pembentukan CSS
2.
Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan
tempat absorpsi yakni menghubungkan ventrikel dengan subaraknoid. Misalnya
ventrikulosisternostomi Torkildsen pada stenosis akuaduktus. Pada anak hasilnya
kurang memuaskan, karena sudah ada insufisiensi fungsi absorpsi
3.
Pengeluaran CSS ke dalam organ ekstrakranial.
a.
Drainase ventrikulo-peritoneal
b.
Drainase lombo-peritoneal
c.
Drainase ventrikulo-pleural
d.
Drainase ventrikulo-ureterostomi
e.
Drainase ke dalam antrum mastoid
f.
Cara yang kini dianggap terbaik yakni mengalirkan CSS
ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (‘Holter
valve’) yang memungkinkan pengaliran CSS ke satu arah. Keburukan cara ini ialah
bahwa kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak. Hasilnya belum
memuaskan, karena masih sering terjadi infeksi sekunder dari sepsis.
J. Fokus Keperawatan
Pengkajian
·
Riwayat keperawatan
·
Kaji adanya pembesaran kepala pada bayi, vena
terlihat jelas pada kulit kepala, bunyi cracked-pot pada perkusi, tanda setting
sun, penurunan kesadaran, opisthotonus, dan spatik pada ekstermitas bawah,
tanda peningkatan tekanan intrakranial (muntah, pusing, papil edema), bingung
·
Kaji lingkar kepala
·
Kaji ukuran ubun-ubun, bila menangis ubun-ubun
menonjol
·
Kaji perubahan tanda vital khususnya pernafasn
·
Kaji pola tidur, perilaku dan interaksi
Diagnosa
Keperawatan
1.
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
meningkatnya volume cairan serebrospinal, meningkatnya tekanan intrakranial
2.
Resiko injury berhubungan dengan pemasangan shunt
3.
Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan adanya
tindakan untuk mengurangi tekanan intrakranial
4.
Resiko infeksi berhubungan dengan efek pemasangan shunt
5.
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi
yang mengancam kehidupan anak
6.
Antisipasi berduka berhubungan dengan kemungkinan
kehilangan anak
Perencanaan
1. Anak akan menunjukkan tidak adanya tanda-tanda komplikasi dan
perfusi jaringan serebral adekuat
2.
Anak akan menunjukkan tanda-tanda terpasangnya shunt
dengan tepat
3.
Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda injury
4.
Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
5.
dan 6. Orang tua
akan menerima anak dan akan mencari bantuan untuk mengatasi rasa berduka
Implementasi
1. dan 3.
Mencegah komplikasi
·
Mengukur lingkar kepala setiap 8 jam
·
Memonitor kondisi fontanel
·
Mengatur posisi anak miring ke arah yang tidak
dilakukan tindakan operasi
·
Menjaga posisi kepala tetap sejajar dengan
tempat tidur untuk menghindari pengurangan tekanan intrakranial yang tiba-tiba
·
Mengobservasi dan menilai fungsi neurologis
setiap 15 menit hingga tanda-tanda vital stabil
·
Melaporkan segera setiap perubahan tingkah laku
(misalnya: mudah terstimulasi, menurunnya tingkat kesadaran) atau perubahan
tanda-tanda vital (meningkatnya tekanan darah, denyut nadi perlahan)
·
Menilai keadaan balutan terhadap adanya
perdarahan dan daerah sekitar operasi terhadap tanda-tanda kemerahan dan
pembengkakan setiap 15 menit hingga tanda vital stabil, selanjutnya setiap 2
jam
·
Mengganti posisi setiap 2 jam dan jika perlu
gunakan matras yang berisi udara untuk mencegah penekanan yang terlalu lama
pada daerah tertentu
2. dan
4. Mencegah terjadinya infeksi dan injury
·
Melaporkan segera jika terjadi perubahan tanda
vital (meningkatnya temperatur tubuh) atau tingkah laku (mudah terstimulasi,
menurunnya tingkat kesadaran) segera
·
Memonitor daerah sekitar operasi terhadap adanya
tanda-tanda kemerahan atau pembengkakan
·
Pertahankan terpasangnya kondisi shunt tetap
baik. Jika kondisi shunt yang tidak baik, maka segera untuk berkolaborasi untuk
pengangkatan atau penggantian shunt
·
Lakukan pemijitan pada selang shunt untuk
menghindari sumbatan pada awalnya
5. dan 6. Membantu
penerimaan orang tua dengan keadaan anak dan dapat berpartisipasi
·
Memberikan kesempatan pada orang tua/ anggota
keluarga untuk mengekspresikan perasaan
·
Menghindarkan dalam memberikan pernyataan yang
negatif
·
Menunjukkan tingkah laku yang menerima keadaan
anak (menggendong, berbicara, memberikan kenyamanan pada anak)
·
Memberikan dorongan pada orang tua untuk
membantu perawatan anak, ijinkan orang tua melakukan perawatan pada anak dengan
optimal
·
Menjelaskan seluruh tindakan dan pengobatan yang
dilakukan
·
Memberikan dukungan pada tingkah laku orang tua
yang positif
·
Mendiskusikan tingkah laku orang tua yang
menunjukkan adanya frustasi
Perencanaan Pemulangan
·
Ajarkan untuk perawatan dan balutan pemasangan
shunt dan jelaskan tanda-tanda infeksi dan malfungsi dari shunt
·
Anjurkan untuk melapor ke perawat atau dokter
bila ada sumbatan shunt
·
Jelaskan tentang obat-obatan yang diberikan,
efek samping dan kebutuhan mempertahankan tekanan darah (seperti anti kejang)
·
Jelaskan pentingnya kontrol ulang
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer. A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran
jilid 2. EGC: Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Universitas Indonesia. Buku kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Universitas Indonesia: Jakarta.
Suriadi, Rita Yuliani, Asuhan
Keperawatan pada Anak edisi I. PT. Fajar Interpratama
EmoticonEmoticon