LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL GINJAL KRONIK
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A.
Definisi
Gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal tahap akhir dimana ginjal
tidak mampu mempertahankan komposisi kimiawi cairan tubuh dalam batas normal.
(Wong, 2004)
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah).
(Brunner & Suddarth, 2001)
B.
Etiologi
- Diabetes
melitus
- Glumerulonefritis
kronis
- Pielonefritis
- Hipertensi
yang tidak dapat dikontrol
- Obstruksi
saluran kemih
- Lesi
herediter (seperti : penyaklit ginjal polikistik, gangguan vaskuler,
infeksi, medikasi, atau agen toksik)
- Lingkungan dan agen berbahaya (timah, kadmium, kromium, dan merkuri)
(Brunner & Suddarth, 2001)
C. Tanda dan Gejala
1. Umum :
malaise, debil, letargi, tremor, mengantuk, koma.
2. Kulit :
pucat, mudah lecet, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut
tipis dan kasar, leukonikia, warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering
bersisik.
3. Mulut :
lidah kering dan berselaput, fetor uremia, ulserasi dan perdarahan pada
mulut
4. Mata :
mata merah.
5. Kardiovaskuler : hipertensi,
kelebihan cairan, gagal jantung, pericarditis, pitting edema, edema
periorbital, pembesaran vena jugularis, friction rub perikardial.
6. Respiratori : heperventilasi, asidosis,
edema paru, efusi pleura, krekels, napas dangkal, kussmaul, sputum kental dan
liat.
7. Gastrointestinal : anorexia, nausea, gastritis, konstipasi/diare,
vomitus, perdarahan saluran GI.
8. Muskuloskeletal : kram otot, kehilangan kekuatan otot, fraktur
tulang, foot drop, hiperparatiroidisme, defisiensi vit. D, gout.
9. Genitourinari : amenore, atropi testis,
penurunan libido, impotensi, infertilitas, nokturia, poliuri, oliguri, haus,
proteinuria,
10. Neurologi : kelemahan dan keletihan,
konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak
kaki, perubahan perilaku.
11. Hematologi : anemia, defisiensi imun, mudah mengalami
perdarahan.
(Brunner & Suddarth, 2001)
D. Pemeriksaan Diagnostik
- Urine (Volume, Warna, Berat jenis, Osmolaritas, Klirens kreatinin, Natrium, Protein)
- Darah (BUN, Kreatinin, Hb, Ht, Kalsium, Albumin, SDM, GDA, Natrium serum)
- Ultrasono
ginjal
- Endoskopi
ginjal, nefroskopi
- EKG
E. Fokus Pengkajian
Menurut Wong, 2004 dalam Pedoman
Klinis Keperawatan Pediatrik, fokus pengkajian pada anak dengan gagal
ginjal kronik adalah :
1. Pengkajian awal
a. Lakukan pengkajian fisik rutin dengan
perhatian khusus pada pengukuran parameter pertumbuhan.
b. Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya
mengenai disfungsi ginjal, perilaku makan, frekuensi infeksi, tingkat energi.
c. Observasi adanya bukti-bukti manifestasi
gagal ginjal kronik.
2. Pengkajian terus menerus
a. Dapatkan riwayat untuk gejala-gejala baru
atau peningkatan gejala.
b. Lakukan pengkajian fisik dengan sering,
dengan perhatian khusus pada tekanan darah, tanda edema, atau disfungsi
neurologis.
c. Kaki respons psikologis pada penyakit dan
terapinya.
d. Bantu pada prosedur diagnostik dan
pengujian (urinalisis, hitung darah lengkap, kimia darah, biopsi ginjal).
F. Fokus Intervensi
1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran
urin, diet berlebihan dan retensi cairan serta natrium.
Tujuan : mempertahankan berat
tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
Intervensí :
a. Kaji status cairan :
-
Timbang
berat badan harian
-
Keseimbangan
masukan dan haluaran
-
Turgor
kulit dan adanya edema
-
Distensi
vena leher
-
Tekanan
darah, denyut dan irama nadi
b. Batasi masukan cairan
c. Identifikasi sumber potensial cairan :
-
Medikasi
dan cairan yang digunakan untuk pengobatan (oral dan intravena)
-
Makanan
d. Jelaskan pada klien dan keluarga rasional
pembatasan.
e. Bantu klien dalam menghadapi
ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan.
f. Tingkatkan dan dorong higiene oral dengan
sering
(Brunner & Suddarth, 2001)
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh b.d anorexia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa
mulut.
Tujuan : mempertahankan
masukan nutrisi yang adekuat.
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi :
-
Perubahan
berat badan
-
Pengukuran
antropometrik
-
Nilai
laboratorium (elektrolit serum, BUN, kreatinin, protein, transferin, dan kadar
besi)
b. Kaji pola diet nutrisi klien :
-
Riwayat
diet
-
Makanan
kesukaan
-
Hitung
kalori
c. Kaji faktor yang berperan dalam merubah
masukan nutrisi :
-
Anorexia,
mual, dan muntah
-
Diet
yang tidak menyenangkan bagi klien
-
Depresi
-
Kurang
memahami pembatasan diet
-
Stomatitis
d. Sediakan makanan kesukaan klien dalam
batas-batas diet
e. Tingkatkan masukan protein yang mengandung
nilai biologis tinggi : telur, produk susu, daging
f. Anjurkan cemilan tinggi kalori, rendah
protein, rendah natrium di antara waktu makan
g. Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi tidak
segera diberikan sebelum makan
h. Jelaskan rasional pembatasan diet dan
hubungannya dengan penyakit ginjal dan peningkatan urea dan kadar kreatinin
i.
Ciptakan
lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan
j.
Timbang
berat badan harian
k. Kaji bukti adanya masukan protein yang
tidak adekuat :
-
Pembentukan
edema
-
Penyembuhan
yang lambat
-
Penurunan
kadar albumin serum
(Brunner & Suddarth, 2001)
3. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah &
prosedur dialisis.
Tujuan : berpartisipasi dalam
aktivitas yang dapat ditoleransi
Intervensi :
a. Kaji faktor yang menimbulkan keletihan :
b. Anemia
c. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
d. Retensi produk sampah
e. Depresi
f. Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas
perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi
g. Anjurkan aktivitas alternatif sambil
istirahat
h. Anjurkan untuk beristiraha setelah dialisis
(Brunner & Suddarth, 2001)
4. Perubahan integritas kulit b.d uremia,
edema
Tujuan : tidak ada pruritus,
kulit hangat, utuh, turgor baik
Intervensi :
a. Kaji kulit dari kemerahan, kerusakan,
memar, turgor, dan suhu
b. Jaga kulit tetap kering dan bersih
c. Beri perawatan kulit dengan lotion untuk
menghindari kekeringan
d. Bantu klien untuk mengubah posisi tiap 2
jam (jika klien tirah baring)
e. Beri pelindung pada tumit dan situ
f. Tangani area edema dengan hati-hati
g. Pertahankan linen bebas dari lipatan
(Doengoes, 2000)
5. Perubahan proses keluarga b.d anak yang menderita
penyakit kronis
Tujuan : klien (keluarga)
menunjukkan perilaku koping yang positif.
Intervensi :
a. Bantu orang tua dalam perencanaan diet dan
dukungan upaya mereka untuk menyesuaikan diet untuk memenuhi kebutuhan semua
anggota keluarga.
b. Berikan bimbingan antisipasi yang berhubungan dengan kemungkinan dan
kejadian yang diperkirakan, seperti gejala, diet, dan efek bobat-obatan.
c. Bantu aoang tua dalam pembuatan keputusan
mengenai diálisis dan transplantasi.
d. Siapkan anak dan keluarga untuk diálisis
dan/atau transplantasi ginjal.
e. Pertahankan kontak periodik dengan
keluarga.
(Wong, 2004)
Daftar pustaka :
Wong, Pedoman Klinis
Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta, 2004
Corwin, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta, 2001
Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Vol. 2, EGC, Jakarta, 2001
Jan Tambayong, Patofisiologi untuk keperawatan, EGC, Jakarta,
2000
Doengoes, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta,
2000
Barbara C. Long, Perawatan
Medikal Bedah, Jilid 3, YIAPK Pajajaran, Bandung, 1996
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, 1990
ETIOLOGI
¯
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Jumlah nefron fungsional å
¯ ¯
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Nefron yg terserang hancur Neferon
yg masih utuh
¯ ¯ ¯
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
90% nefron hancur
¯
|
75% nefron hancur
¯
|
Adaptasi
¯
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tdk dpt mengkompensasi
(ketidakseimbangan cairan
elektrolit)
¯
|
GFR å
(BUN & kreatinin ↗)
¯
|
Nefron hipertropi
¯
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
GFR å 10% dari normal
(BUN & kreatinin ↗)
¯
|
Adaptasi
¯
|
↗kecepatan filtrasi, ↗beban solut, ↗reabsorpsi
¯
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Urine isoosmotis
¯
|
Kecepatan filtrasi & beban
solut ↗
¯
|
Keseimbangan cairan elektrolit
dipertahankan
¯
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kegagalan proses filtrasi
¯
|
Ketidakseimbangan dlm
glomerulus & tubulus
¯
|
Fungsi ginjal rendah
¯
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Oliguri
¯
|
Poliuri, nokturi, azotemia
¯
|
å cadangan ginjal
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Uremia ↗
¯
|
Insufisiensi ginjal
¯
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Penumpukan kristal
urea di kulit
¯
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang
sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin, yang kemudian dikeluarkan
dari tubuh. Tetapi pada kondisi tertentu
karena adanya gangguan pada ginjal, fungsi tersebut akan berubah. Gagal ginjal kronik biasanya terjadi secara
perlahan-lahan sehingga biasanya diketahui setelah jatuh dalam kondisi
parah. Gagal ginjal kronik tidak dapat
disembuhkan. Gagal ginjal kronik dapat
terjadi pada semua umur dan semua tingkat sosial ekonomi. Pada penderita gagal ginjal kronik,
kemungkinan terjadinya kematian sebesar 85 %.
Melihat kondisi seperti tersebut di atas,
maka perawat harus dapat mendeteksi secara dini tanda dan gejala klien
dengan gagal ginjal kronik. Sehingga
dapat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensip pada klien anak dengan
gagal ginjal kronik.
B.
Tujuan
Dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan gagal ginjal kronik.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A.
Definisi
Gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal tahap akhir dimana ginjal
tidak mampu mempertahankan komposisi kimiawi cairan tubuh dalam batas normal.
(Wong, 2004)
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah).
(Brunner & Suddarth, 2001)
B.
Etiologi
(Brunner & Suddarth, 2001)
C. Tanda dan Gejala
1. Umum :
malaise, debil, letargi, tremor, mengantuk, koma.
2. Kulit :
pucat, mudah lecet, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut
tipis dan kasar, leukonikia, warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering
bersisik.
3. Mulut :
lidah kering dan berselaput, fetor uremia, ulserasi dan perdarahan pada
mulut
4. Mata :
mata merah.
5. Kardiovaskuler : hipertensi,
kelebihan cairan, gagal jantung, pericarditis, pitting edema, edema
periorbital, pembesaran vena jugularis, friction rub perikardial.
6. Respiratori : heperventilasi, asidosis,
edema paru, efusi pleura, krekels, napas dangkal, kussmaul, sputum kental dan
liat.
7. Gastrointestinal : anorexia, nausea, gastritis, konstipasi/diare,
vomitus, perdarahan saluran GI.
8. Muskuloskeletal : kram otot, kehilangan kekuatan otot, fraktur
tulang, foot drop, hiperparatiroidisme, defisiensi vit. D, gout.
9. Genitourinari : amenore, atropi testis,
penurunan libido, impotensi, infertilitas, nokturia, poliuri, oliguri, haus,
proteinuria,
10. Neurologi : kelemahan dan keletihan,
konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak
kaki, perubahan perilaku.
11. Hematologi : anemia, defisiensi imun, mudah mengalami
perdarahan.
(Brunner & Suddarth, 2001)
D. Pemeriksaan Diagnostik
E. Fokus Pengkajian
Menurut Wong, 2004 dalam Pedoman
Klinis Keperawatan Pediatrik, fokus pengkajian pada anak dengan gagal
ginjal kronik adalah :
1. Pengkajian awal
a. Lakukan pengkajian fisik rutin dengan
perhatian khusus pada pengukuran parameter pertumbuhan.
b. Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya
mengenai disfungsi ginjal, perilaku makan, frekuensi infeksi, tingkat energi.
c. Observasi adanya bukti-bukti manifestasi
gagal ginjal kronik.
2. Pengkajian terus menerus
a. Dapatkan riwayat untuk gejala-gejala baru
atau peningkatan gejala.
b. Lakukan pengkajian fisik dengan sering,
dengan perhatian khusus pada tekanan darah, tanda edema, atau disfungsi
neurologis.
c. Kaki respons psikologis pada penyakit dan
terapinya.
d. Bantu pada prosedur diagnostik dan
pengujian (urinalisis, hitung darah lengkap, kimia darah, biopsi ginjal).
F. Fokus Intervensi
1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran
urin, diet berlebihan dan retensi cairan serta natrium.
Tujuan : mempertahankan berat
tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
Intervensí :
a. Kaji status cairan :
-
Timbang
berat badan harian
-
Keseimbangan
masukan dan haluaran
-
Turgor
kulit dan adanya edema
-
Distensi
vena leher
-
Tekanan
darah, denyut dan irama nadi
b. Batasi masukan cairan
c. Identifikasi sumber potensial cairan :
-
Medikasi
dan cairan yang digunakan untuk pengobatan (oral dan intravena)
-
Makanan
d. Jelaskan pada klien dan keluarga rasional
pembatasan.
e. Bantu klien dalam menghadapi
ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan.
f. Tingkatkan dan dorong higiene oral dengan
sering
(Brunner & Suddarth, 2001)
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh b.d anorexia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa
mulut.
Tujuan : mempertahankan
masukan nutrisi yang adekuat.
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi :
-
Perubahan
berat badan
-
Pengukuran
antropometrik
-
Nilai
laboratorium (elektrolit serum, BUN, kreatinin, protein, transferin, dan kadar
besi)
b. Kaji pola diet nutrisi klien :
-
Riwayat
diet
-
Makanan
kesukaan
-
Hitung
kalori
c. Kaji faktor yang berperan dalam merubah
masukan nutrisi :
-
Anorexia,
mual, dan muntah
-
Diet
yang tidak menyenangkan bagi klien
-
Depresi
-
Kurang
memahami pembatasan diet
-
Stomatitis
d. Sediakan makanan kesukaan klien dalam
batas-batas diet
e. Tingkatkan masukan protein yang mengandung
nilai biologis tinggi : telur, produk susu, daging
f. Anjurkan cemilan tinggi kalori, rendah
protein, rendah natrium di antara waktu makan
g. Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi tidak
segera diberikan sebelum makan
h. Jelaskan rasional pembatasan diet dan
hubungannya dengan penyakit ginjal dan peningkatan urea dan kadar kreatinin
i.
Ciptakan
lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan
j.
Timbang
berat badan harian
k. Kaji bukti adanya masukan protein yang
tidak adekuat :
-
Pembentukan
edema
-
Penyembuhan
yang lambat
-
Penurunan
kadar albumin serum
(Brunner & Suddarth, 2001)
3. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah &
prosedur dialisis.
Tujuan : berpartisipasi dalam
aktivitas yang dapat ditoleransi
Intervensi :
a. Kaji faktor yang menimbulkan keletihan :
b. Anemia
c. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
d. Retensi produk sampah
e. Depresi
f. Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas
perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi
g. Anjurkan aktivitas alternatif sambil
istirahat
h. Anjurkan untuk beristiraha setelah dialisis
(Brunner & Suddarth, 2001)
4. Perubahan integritas kulit b.d uremia,
edema
Tujuan : tidak ada pruritus,
kulit hangat, utuh, turgor baik
Intervensi :
a. Kaji kulit dari kemerahan, kerusakan,
memar, turgor, dan suhu
b. Jaga kulit tetap kering dan bersih
c. Beri perawatan kulit dengan lotion untuk
menghindari kekeringan
d. Bantu klien untuk mengubah posisi tiap 2
jam (jika klien tirah baring)
e. Beri pelindung pada tumit dan situ
f. Tangani area edema dengan hati-hati
g. Pertahankan linen bebas dari lipatan
(Doengoes, 2000)
5. Perubahan proses keluarga b.d anak yang menderita
penyakit kronis
Tujuan : klien (keluarga)
menunjukkan perilaku koping yang positif.
Intervensi :
a. Bantu orang tua dalam perencanaan diet dan
dukungan upaya mereka untuk menyesuaikan diet untuk memenuhi kebutuhan semua
anggota keluarga.
b. Berikan bimbingan antisipasi yang berhubungan dengan kemungkinan dan
kejadian yang diperkirakan, seperti gejala, diet, dan efek bobat-obatan.
c. Bantu aoang tua dalam pembuatan keputusan
mengenai diálisis dan transplantasi.
d. Siapkan anak dan keluarga untuk diálisis
dan/atau transplantasi ginjal.
e. Pertahankan kontak periodik dengan
keluarga.
(Wong, 2004)
Daftar pustaka :
Wong, Pedoman Klinis
Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta, 2004
Corwin, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta, 2001
Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Vol. 2, EGC, Jakarta, 2001
Jan Tambayong, Patofisiologi untuk keperawatan, EGC, Jakarta,
2000
Doengoes, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta,
2000
Barbara C. Long, Perawatan
Medikal Bedah, Jilid 3, YIAPK Pajajaran, Bandung, 1996
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, 1990
Perubahan proses keluarga
(Barbara C. Long, 1996, Brunner & Suddarth, 2001, Elizabeth J. Corwin,
2001, Jan Tambayong, 2000, Soeparman, 1990, Wong, 2004)
|
Gagal ginjal
¯
|
Angiotensin ↗
¯
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pruritus
¯
|
Eritropoetin di ginjal å
¯
|
Retensi Na+
¯
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Gangguan integritas kulit
|
SDM å
¯
|
Kelebihan volume cairan
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Pucat, fatigue, malaise
anemia
¯
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan
|
Intoleransi aktivitas
|
Perubahan proses keluarga
(Barbara C. Long, 1996, Brunner & Suddarth, 2001, Elizabeth J. Corwin,
2001, Jan Tambayong, 2000, Soeparman, 1990, Wong, 2004)
EmoticonEmoticon